Kesan yang salah tentang kusta di masyarakat menyebabkan banyak orang dengan pengobatan lepra tertunda hingga cacat. Bahkan, lepra dapat disembuhkan dan obat dapat diperoleh secara gratis di pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas).
"Kusta bisa disembuhkan, tidak mudah menular, obat-obatannya mudah diperoleh secara gratis di pusat kesehatan," kata Dewan Pengawas Yayasan Transformasi lepra Indonesia dr Diana S Liben, Kamis (18 / 6), ketika dihubungi dari Jakarta.
Diana menjelaskan, kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri dan kusta (Mycobacterium leprae), yang menyerang kulit, saraf tepi, dan tubuh jaringan lain.
"Jadi, kusta tidak disebabkan oleh kutukan, voodoo, dosa, atau keturunan makanan sebagai bagian dari anggota masyarakat," katanya.
Kesan yang salah tentang perawatan komunitas kusta datang terlambat sehingga terjadi kecacatan. Orang yang mengalami gejala awal kusta tidak hanya ditandai sebagai panu yang setitik putih atau kemerahan The setitik. "Kulit penyimpangan ini merasa kehilangan, tidak ditumbuhi bulu, jangan keringat keluar, dan tidak gatal tidak sakit," katanya.
Siapapun dapat menderita penyakit kusta yang tidak memiliki kekebalan dan sering dekat dengan orang-orang dengan tipe kusta basah (lebih dari 5 titik) yang tidak diobati, baik melalui saluran pernapasan atau kontak kulit. Bahkan 95 persen dari penduduk memiliki kekebalan alami terhadap penyakit kusta tidak bisa menular. Sebanyak 3 persen dari populasi bisa menular, tapi dapat menyembuhkan dirinya sendiri, hanya 2 persen yang dapat menular dan membutuhkan pengobatan.
Namun, jika jenis kusta basah pasien mengalami perawatan rutin, tidak bisa menyebar. Dengan satu kali minum obat, lepra tidak lagi menular. Jadi bahwa bakteri dapat diberantas, pasien harus minum obat teratur. "Orang dengan penyakit kusta cukup kering untuk minum obat setiap hari selama 6 bulan, kusta basah pasien harus minum obat setiap hari selama 12 hari," tambahnya.
Keberhasilan pengobatan tergantung pada deteksi dan pengobatan dini, kepatuhan terhadap pengobatan secara teratur, dan keterampilan staf dalam mencegah kecacatan. "Ini tidak kalah pentingnya, dukungan keluarga dan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan hanya bila stigma terhadap orang-orang dengan pasien kusta dan bekas dihilangkan," kata Diana.