Your Ad Here

Cari by Google

27.7.09

paraphilia ???

-->
Paraphilia menjelaskan sebagai kondisi yang ditandai dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang berulang dan intensif, yang melibatkan objek, aktivitas atau situasi yang tidak biasa dan menimbulkan keadaan distress (stres yang berbahaya) yang diyakinkan secara klinis.
Paraphilia terdiri atas :
1. Ekshibisionisme: mempertunjukkan alat kelamin kepada orang yang tidak dikenal untuk mendapatkan kenikmatan seksual.
2. Fetisisme: umumnya menggunakan benda-benda khas wanita seperti bra, celana dalam, untuk mendapatkan kenikmatan seksual.
3. Froteurisme: kenikmatan seksual dengan menyentuh dan menggesek-gesekkan ke bagian sensitif orang lain.
4. Pedofilia: aktivitas seksual dengan anak-anak.
5. Masokisme seksual: kenikmatan seksual diperoleh jika secara fisik dilukai, diancam, atau dianiaya.
6. Sadisme seksual: kebalikan dari masokisme, yaitu kenikmatan seksual diperoleh jika menyebabkan penderitaan fisik maupun psikis pada mitra seksual.
7. Fetisisme transvestik: dorongan seksual diperoleh dengan berpikir atau berimajinasi sebagai wanita, mengenakan baju wanita.
8. Veyourisme: kenikmatan seksual dengan mengintip orang lain yang sedang mengganti atau menanggalkan pakaiannya, telanjang, atau sedang beraktivitas seksual.
9. Paraphilia yang tak terdefinisikan, terdiri dari berpuluh-puluh jenis kelainan seksual lainnya, seperti nekrofilia (perilaku seksual dengan mayat), bestialiti (perilaku seksual dengan binatang), dan lain-lain.

Penyebab
:
Lebih dari 90 persen penderita paraphilia adalah pria. Hal ini tampaknya berkaitan dengan penyebab paraphilia yang meliputi pelampiasan dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih mungkin terjadi pada pria daripada wanita. Penelitian-penelitian yang mencoba menemukan adanya ketidaknormalan testoteron ataupun hormon-hormon lainnya sebagai penyebab paraphilia, menunjukkan hasil tidak konsisten. Paraphilia menurut perspektif teori perilaku merupakan hasil pengondisian klasik. Contohnya, Seorang remaja laki-laki melakukan masturbasi dan memperhatikan gambar sapi di dinding. Dengan demikian mungkin berkembang keinginan untuk melakukan hubungan seks dengan sapi, dan menjadi sangat bergairah dengan fantasi demikian.

Hal ini terjadi berulang-ulang dan bila fantasi tersebut berasosiasi secara kuat dengan dorongan seksualnya, mungkin ia mulai bertindak di luar fantasi dan
berkembang. Lingkungan keluarga dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut memengaruhi kecenderungannya mengembangkan perilaku seks menyimpang. Anak yang orangtuanya sering menggunakan hukuman fisik dan terjadi kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain setelah mereka berkembang dewasa.