Karena jika ia bicara apa adanya, seringkali Anda justru akan marah dan mendiamkannya berhari-hari. Misalnya, Anda bertanya padanya, "Aku keliatan gendut, nggak? Sudah pasti ia akan menjawab, "Enggak!" Jawaban ini jelas akan menghibur Anda, meskipun Anda sendiri yakin bahwa Anda sudah menambah lemak di tubuh Anda. Bandingkan jika Anda menanyakan hal yang sama pada teman perempuan Anda, dengan segera mereka pasti akan menjawab, "Iya tuh, perut lo kemana-mana!" Jawaban yang jujur akan menyakitkan hati Anda, perempuan pada umumnya.
Untuk itulah pria kerap menerapkan white lie sebagai kunci menciptakan hubungan yang harmonis dengan pasangannya. Anda masih tidak percaya bahwa ia telah berjasa meredam beragam konflik dalam rumah tangga Anda? Simak empat alasan mengapa ia memberikan white lies pada Anda:
Agar tidak menyakiti perasaan
Ingat adegan ketika Anda sibuk mematut-matut atasan di fitting room, lalu melongok keluar meminta pendapat si dia. Si dia lalu mengamati Anda dari atas ke bawah, lalu mengatakan, "Iya, bagus!" Kebohongan seperti ini biasanya dilontarkan karena ia tak mau membuat Anda marah (padahal warna pakaian itu membuat kulit Anda terlihat kusam), sebagian karena ia sudah bete menunggu Anda mengacak-acak seluruh counter di department store tersebut (tanpa terlihat akan segera membuat keputusan). Akhirnya, pernyataan itu diberikan agar Anda segera membayar belanjaan Anda.
Kebohongan lain yang dibuatnya adalah saat Anda memberikan hadiah yang tidak disukainya. Bila ditanya apakah ia menyukainya, si dia pasti hanya tersenyum sambil mengatakan bagaimana ia akan menggunakan benda tersebut. Berbohong soal hadiah sebenarnya sulit dilakukan, karena hal ini menyangkut bagaimana ia akan menggunakannya, sehingga ia pasti harus berbohong selamanya. Ia harus memakai sepatu dari Anda selama setahun, misalnya, untuk membuktikan bahwa ia menghargai hadiah Anda.
Untuk mengakhiri pertengkaran, atau mencegah Anda memulainya
Anda sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk menunjukkan bahwa si dia melakukan kesalahan, namun reaksinya cuma, "Ya udah, aku yang salah." Hal ini ternyata membuat Anda lebih kesal, karena perempuan umumnya berharap mendapatkan perlawanan mengenai perdebatan tersebut. Ada kepuasan tersendiri jika Anda "memenangi" perdebatan semacam ini. Sayangnya, si dia justru merasa topik perdebatan tersebut sangat tidak bermutu. Akhirnya ia langsung mengakui kesalahan saja, atau membenarkan semua yang Anda katakan. Ini lebih baik daripada mendengarkan Anda ngoceh sepanjang hari.
Untuk mendukung harapan atau usaha Anda
Setelah mengeluarkan semua peralatan memasak, dan membuatnya berserakan di seluruh dapur, akhirnya Anda berhasil membuat lumpia pertama Anda. Si dia yang sejak tadi tak berani masuk ke dapur, akhirnya bersedia mencicipi hasil karya Anda. "Enak kok, Yang. Sebentar lagi kamu bisa jualan di kantor," katanya. Ia enggan memberikan pendapat, meskipun penampilan lumpia tersebut tidak seperti fotonya di buku resep (apalagi rasanya).
Untuk menghindari konflik keluarga
Jika suami tidak begitu cocok dengan ibu Anda, namun ia selalu memasang senyum di wajahnya, maka ia hanya sedang melakukan "bohong putih" untuk menjaga agar seluruh keluarga tetap damai. Begitu pula saat ia tetap menemani Anda ngobrol dengan teman Anda yang menjengkelkan. Ia pasti hanya tidak ingin meninggalkan Anda sendirian, meskipun sebenarnya ia sudah jemu mendengarkan jokes teman Anda sejak pertama bertemu tadi.
Nah, agar seimbang, adakah situasi yang menuntut Anda untuk memberikan kebohongan untuk si dia? Apakah Anda lebih baik mengatakan sejujurnya dalam konteks situasi semacam ini?