
Di samping harimau jawa, ada dua jenis harimau yang punah di abad ke-20, yaitu Harimau Bali dan Harimau Persia. Secara biologis, harimau jawa mempunyai hubungan sangat dekat dengan harimau bali. Beberapa ahli biologi bahkan menyatakan bahwa mereka adalah satu spesies.

Didik Raharyono, SSi peneliti dari UGM menyatakan menemukan indikasi masih adanya Harimau Jawa (P. tigris sondaica) di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Agustus 1997 lalu. Ekspedisi bersama Balai TNMB dan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (DirJen PHPA) tersebut menemukan jejak sekunder. Masing-masing berupa cakaran di pohon, rambut, kotoran dan bekas tapak kaki ditanah. Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Fakultas Biologi UGM lalu melakukan pemotretan hasil tes mikroskopik pada rambut yang berada di sekitar cakaran di pohon. Hasilnya menunjukkan morfologi yang sama dengan rambut harimau jawa (P. tigris sondaica).
Harimau Jawa adalah jenis harimau yang hidup di pulau Jawa. Harimau ini dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis.
Dari sekian banyak mitos yang berkembang di masyarakat, ada satu mitos di daerah Gunungkidul yang cukup menarik untuk dicermati. Dari berbagai laporan masyarakat di sana, diperoleh informasi bahwa harimau Jawa masih sering menampakkan diri.
Pada musim kemarau yang panjang, satwa yang satu ini dipercaya sering "turun gunung" dalam arti yang sebenarnya di malam hari untuk mencari air. Banyak penduduk Gunungkidul yang mengaku bertemu dengan harimau loreng. Tentunya cerita-cerita ini masih perlu dibuktikan kebenarannya.
Di akhir abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di pulau Jawa. Di tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-

Harimau jawa punah karena rusaknya habitat akibat tekanan penduduk dan perburuan yang intensif di awal abad ke-20.