Your Ad Here

Cari by Google

24.2.10

BTS dengan energy Matahari

Sulitnya mendapatkan pasokan listrik untuk pengoperasian Base Transceiver Station (BTS) di daerah-daerah terpencil Bapak Iwan Chaerul untuk mengembangkan penggunaan energi alternatif bagi BTS selain listrik. BTS dengan energi alternatif dengan sumber energi cahaya matahari yang didapatkan dengan penggunaan panel solar di Pulau Senayang, Kepulauan Riau - Indonesia. Pengoperasian BTS ke 132 dengan panel solar terbanyak di Asia.

Penggunaan panel solar sebagai sumber energi alternatif ini merupakan upaya untuk menjamin ketersediaan power supply yang dibutuhkan untuk pengoperasian BTS. Terutama untuk daerah-daerah terpencil dimana ketersediaan listrik masih sangat minim. Apalagi wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan variasi geografis yang berbeda-beda," kata Iwan Chaerul dalam konferensi persnya, di Jakarta, Kamis (18/2/2010).

Iwan menjelaskan penggunaan panel solar sebagai sumber energi BTS sangat memungkinkan dan cocok diterapkan pada pembangunan BTS di daerah-daerah dengan pasokan listrik minim. Panel solar diklaim mampu memasok energi listrik sebesar 0, 115 megawatt seperti yang terdapat pada BTS konvensional dengan sumber energi listrik atau pun genset berbahan bakar solar. "Hampir setara dengan 100 genset konvensional berkapasitas 20 kVA," tuturnya.

Sumber energi matahari dengan panel solar ini, kata Iwan, mampu memasok energi BTS hingga tiga hari. Ini sudah termasuk dengan keperluan pengisian baterai cadangan yang dioperasikan pada malam hari ketika tidak ada cahaya matahari. "Panel solar yang kami gunakan luasnya 140 meter persegi. Ini mampu memenuhi kebutuhan listrik BTS sampai tiga hari. Lebih lama dibandingkan panel solar lainnya yang hanya bertahan 24 jam," kata dia.

Biaya yang dikeluarkan untuk pengoperasian dan maintenance BTS berpanel solar ini pun, kata Iwan, jauh lebih murah dibanding BTS yang menggunakan genset. Operator hanya mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk pengadaan panel solar dan lahan yang agak luas pada awal pembangunan BTS. "Selanjutnya dalam pengoperasian kita tidak butuh biaya apapun selain maintenance," tuturnya.

Sementara ini, ujarnya, penggunaan panel solar ini lebih tepat pada BTS di daerah-daerah terpencil. Sementara di kota besar, relatif kurang cocok karena biaya lahan yang tentu jauh lebih mahal berhubung panel solar membutuhkan lahan yang lebih luas. Mengenai investasi yang dikeluarkan untuk pembangunan sebanyak 132 BTS berpanel solar tersebut, Iwan mengatakan total dibutuhkan biaya sekitae Rp 60 hingga Rp 100 miliar. "Ke depan kita punya plan untuk 39 BTS panel solar lagi," ucapnya.