Your Ad Here

Cari by Google

23.6.10

Ondel - Ondel, BETAWI

Ondel-ondel adalah boneka besar dengan rangka anyaman bambu dengan ukuran kurang lebih 2,5 meter, tingginya dan garis tengahnya kurang dari 80 cm. Dibuat demikian rupa agar pemikulnya yang berada didalamnya dapat bergerak agak leluasa.. Mukanya berbentuk topeng atau kedok, dengan mata bundar.

Ondel-ondel adalah pertunjukan rakyat yang sudah berabad-abad terdapat di Jakarta dan sekitarnya, yang dahulu dikenal sebagai menjadi wilayah Betawi. Walaupun pertunjukan rakyat semacam itu terdapat pula di beberapa tempat lain seperti di Priangan dikenal dengan sebutan Badawang, di Cirebon disebut Barongan Buncis dan di Bali disebut Barong Landung, tetapi ondel-ondel memiliki karakteristik yang khas. Ondel-ondel tergolong salah satu bentuk teater tanpa tutur, karena pada mulanya dijadikan personifikasi leluhur atau nenek moyang, pelindung keselamatan kampung dan seisinya.

Boneka ondel-ondel laki-laki yang menggambarkan laki-laki mukanya bercat merah dan Boneka ondel-ondel perempuan yang menggambarkan perempuan bermuka putih atau kuning. Ondel-ondel biasanya digunakan untuk memeriahkan pesta, seperti pesta pengantin dan sebagainya. Lazimnya dibawa sepasang saja, laki dan perempuan. Tetapi dewasa ini tergantung dari permintaan yang punya acara. Bahkan dalam perayaan-perayaan umum seperti ulang tahun hari jadi kota Jakarta, biasa pula dibawa beberapa pasang, sehingga merupakan pesta yang cukup meriah.

Musik pembawa ondel-ondel bermacam-macam, tergantung masing-masing rombongan. Ada yang diiringi alat music Tanjidor, alat music pencak Betawi , alat music Ningnong dan alat music Rebana.

Pembuatan ondel-ondel dilakukan secara tertib, baik waktu membentuk topeng, pembuatan badannya dengan bahan bambu. Sebelum pekerjaan dimulai, biasanya disediakan sedekahan yang antara lain berisi bubur merah putih, rujak-rujak tujuh rupa, bunga-bunga tujuh macam dan sebagainya, dengan dibakarkan bubuk kemenyan. Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sedekahan dan wangi kemenyan, disertai doa ditujukan kepada roh halus yang dianggap menghuni boneka ondel-ondel tersebut. Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan pertunjukan biasanya disedekahkan. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah setempat upacara demikian disebut “Ukup” atau “ngukup”.