Blog ini berisi tips dan informasi yang berguna untuk kehidupan manusia
Cari by Google
9.1.12
KARET TENGSIN riwayatmu Dulu
Sejarah karet tengsin memiliki sejarah yang cukup panjang,
Menurut salah satu sesepuh Karet Tengsin, Memang pada waktu itu banyak pohon karet, Karet Tengsin dulunya adalah perkebunan karet milik etnis China Betawi bernama Tieng Shin. Di sini dulunya hutan yang ditubuhi berbagai macam pohon. Salah satunya pohon karet. Hutan ini kemudian berubah menjadi perkebunan karet oleh Tieng Shin, Karena kekayaan yang berlimpah dan sikapnya yang dermawan membuat para pribumi banyak bekerja di perkebunan miliknya.
Husni MT, 60 tahun, asal mula nama daerah yang kini termasuk kawasan Segitiga Emas Kuningan, berasal dari nama orang China yang kaya raya dan baik hati bernama Tan Tieng Shin. Karena baik hati dan selalu memberi bantuan kepada orang-orang sekitar kampung, maka Tieng Shin cepat dikenal oleh masyarakat sekitar dan selalu menyebut daerah itu sebagai daerah Tieng Shin Karena orang pribumi susah nyebutnya jadi Tengsin saja."Warga di sini dulunya hidup sejahtera, kita biasanya makan dari hasil hutan yang cukup berlimpah. Banyak sayur mayur yang tumbuh subur. Jadi tidak udah beli tinggal ambil saja," ujar Ketua RT 06 RW 02 Karet Tengsin ini, Husni mengakui jika kakeknya Saidi merupakan teman akrab Tieng Shin. Tak hayal dirinya pun mengetahui sejarah tersebut. "Tieng Shin sudah berada di sini sejak 1890, dia memiliki rumah yang sekarang dibongkar menjadi Menara Batavia," tuturnya.
Perkebunan karet milik Tieng Shin akhirnya tergusur setelah dibangunnya Stadion Gelora Bung Karno. "Jalan KH Mas Mansyur dulunya kebun karet, tapi akhirnya ditebang untuk dijadikan jalan," kenangnya, Kebun-kebun yang rindang dengan pohon karet akhirnya mulai menghilang, namun jejak keluarga Tieng Shin masih tetap bertahan meskipun tidak berlangsung lama.
"Pasca meninggalnya Tieng Shin, anak dan cucu masih menetap, tapi tidak lama. Sejak rumah mereka juga ikut tergusur, jejak itu sirna," katanya.
Husni mengaku sedih dengan kondisi Karet Tengsin saat ini. Warganya menjadi susah, lingkungan menjadi kumuh. Penduduk asli pun tak kuasa dengan adanya serangan dari gedung-gedung pencakar langit yang mulai menutupi rumahnya dari sinar matahari,Satu persatu mereka mulai angkat kaki dari perkebunan karet itu.
Kali Krukut yang melintasi perkebunan Karet Tengsin pun ikut terkena dari dampak modernisasi. "Dulu kalinya bening, kita masih suka mancing, mencuci, dan mandi. Tapi sekarang airnya kotor," ujarnya lirih, Kini Karet Tengsin hanya sepenggal cerita massa lalu yang selalu terkenang dengan keindahan perkebunan karetnya. Karet Tengsin merupakan Kelurahan di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Mereka tinggal di atas lahan, termasuk lahan Pemakaman Karet Bivak yang terkenal itu seluas 153 hektar. Read More
Langganan:
Postingan (Atom)